
Kali ini penulis mencoba menceritakan dua jenis karakter ‘wax’ bahan pomade yang berbeda, sebatas kemampuan penulis untuk mencoba menjabarkan nya antara microcrystallin wax dan natural beeswax.

Gambar sebelah kiri adalah microcrystallin wax dan kanan adalah natural beeswax ( yang telah dicairkan tanpa adanya tambahan material apapun didalamnya. Sekilas wujud fisik ‘raw’ kedua material wax tersebut memiliki warna dan tingkat kekerasan yang berbeda. Di sini natural beeswax memiliki tingkat kekerasan sedikit di atas microcrystallin wax. Dari warna, micro crystallin wax berwarna kekuningan mirip padatan keju dan tekstur nya lebih lembut. Sedangkan natural beeswax memiliki warna umum coklat, meskipun coklat dalam hal ini terkadang memiliki tingkat variasi yang bermacam-macam, bisa coklat tua, coklat muda, mendekati warna orange atau bahkan sedikit coklat keputihan menyesuaikan beeswax yang dihasilkan dari peternak nya.
Dari sisi aroma, microcrystallin wax lebih terkesan memiliki aroma tawar sehingga sangat memungkinkan untuk dicampur aroma lain (fragrance) karena aroma micro wax tidak terlalu mendominasi dalam campuran tersebut. Sedangkan Natural beeswax yang notabene berasal dari lebah telah memiliki aroma khas dan tidak jauh berbeda dengan aroma madu, sehingga ketika diolah dan dicampur dengan aroma terkadang aroma natural ini masih dominan untuk muncul.
Paparan tersebut jika salah satu temen ‘brewer’ menggunakan salah satu dari bahan tersebut. Untuk masalah harga bahan dasar, ada perbedaan yang sangat jelas antara micro wax dan beeswax. Mengingat microwax yang tidak lain adalah produk turunan minyak bumi dan beeswax adalah produk natural dari lebah, sehingga dari harga kiloan nya pun juga berbeda. Katakanlah, misalnya jika harga microwax per kilogram adalah 10 ribu rupiah, untuk beeswax bisa berada di harga 30-50 ribu rupiah (tergantung dari kualitas, warna, tingkat kebersihan beeswax). Gambaran yang pasti dari kilasan tersebut adalah memang beeswax memiliki harga yang lebih mahal daripada microwax untuk pasar Indonesia.
Kemudian, apakah pomade yang berbahan micro atau beeswax memiliki karakter yang sama? Logis, dengan bahan dasar berbeda akan memiliki hasil akhir dan karakter yang berbeda pula tentunya
Contoh pomade berbahan micro salah satunya adalah Mu**ays Superior sebagai contoh dan yang berbahan Beeswax kita ambil contoh frankeng**ase. Dari ‘feel’ dalam colekan nya, visualisasi keduanya, cara aplikasinya bahkan hasil aplikasi nya (dalam hal ini kita asumsi bahwa kedua contoh dalam tingkat kekerasan medium heavy) akan memberikan hasil yang berbeda, bahkan tingkat kemampuan pewarna untuk tercampur dengan kedua varian wax tersebut juga berbeda, microwax lebih mudah untuk menerima pewarna lain karena warna dasar nya yg lebih terang daripada beeswax, berbeda dengan beeswax yang telah memiliki warna alami kecoklatan akan sedikit meluluhkan pewarna yang di campur ke dalam nya (misal beeswax kita kasih warna hitam, hasil akhir nya bisa menjadi abu tua) kurang lebih demikian.
Dan semua pasti akan kembali ke pribadi masing-masing pembaca, ada yang suka dengan pomade yang berbahan micro wax dan ada pula yang suka dengan beeswax dengan segala argumentasi masing-masing, menyesuaikan denga kesukaan dan kepuasan masing-masing.
Sekilas yang bisa penulis ceritakan, sedikit atau banyak semoga membawa manfaat dan menambah wacana kita semua sebagai penikmat ‘pomade’. Indahnya berbagi.
#klimiskagemsedanten

Like this:
Like Loading...