Untuk PELITA – Indonesia

lalijungkatan2015

UNTUK

pelita-logoPELITA

POMADE ENTHUSIAST BALI DEWATA

Sabtu, 25 April 2015, Lapangan Renon, Denpasar, BALI

Sebuah persembahan sederhana dalam rangka turut serta meramaikan “First Gathering” PELITA  BALI dengan segala keterbatasan dan kekurangan belum mampu menghadiri karena satu dan lain hal yang pada akhirnya hanya kata maaf sebesarnya yang bisa kami haturkan untuk semua sahabat PELITA.  Semoga terwakilkan melalui bingkisan sederhana yang semaksimal kami bisa untuk berpartisipasi dalam perhelatan tersebut tanpa sedikitpun mengurangi rasa hormat dan salam persahabatan dari kota Jogjakarta untuk teman-teman “Pomade Enthusiast” yang ada di Bali semuanya.

Segala macam perbedaan hasil karya, latar belakang budaya, SARA,  yang akan hadir dalam gelaran tersebut bukanlah menjadi sebuah halangan untuk tetap berkumpul bersama saling mengapresiasi dan berbagi wawasan beragam  hasil karya anak negeri  khususnya.

Inilah cara kami mengapresiasi dan menghormati, satu dari sekian banyak cara untuk turut serta meramaikan ‘gathering’ tersebut, menembus batas segala bentuk perbedaan dengan tetap berjabat erat melangkah bersama saling menyemangati, mendukung dan membuat sesuatu yang lebih baik lagi ke depannya nanti.

Kekurangan dan khilaf adalah lalijungkatan, dan hadirnya kebersamaan tersebut bisa menjadikan nya untuk lebih baik lagi bersama dalam berkarya meramaikan kaum klimis Indonesia serta menunjukkan pada dunia bahwa hasil karya bangsa sendiri pun tidak kalah hebat dengan yang di luar sana. Amin.

“JABAT ERAT TANGAN SAHABAT’

Sukses untuk POMADE ENTHUSIAST BALI DEWATA  dan “SUPPORT YOUR LOCAL POMADE”

Salam Klimis

lalijungkatan-blogfooter

Budaya itu adalah Sederhana

headlalijungkatanEntah Petrol Base, Organic, Water Base, Clay, Fiber, atau apapun varian dan genre nya, semua adalah sebuah manifestasi hasil kerja keras kreatifitas si pembuatnya dalam mengkreasikan sebuah hasil karya.

Terlepas dari semua perdebatan, pembelaan, keberpihakan saling mengagungkan relatifitas kebenaran dan apapun alasannya terhadap basic varian tertentu, dengan mengesampingkan sejenak sisi manfaat nya pada rambut, entah lokal maupun maupun import, semua akan berujung pada sebuah hasil akhir berupa aplikasi gaya rambut  dan hal tersebut kembali pada kebijakan diri sendiri sebagai pengguna/pembeli akan menjatuhkan pilihannya kemana sesuai selera dan kepuasan masing-masing.

Sederhana yang terkadang kita terlalu disibukkan dengan mudahnya mengulik sebuah makna kekurangan dan kejelekan sesuatu daripada susahnya untuk berani mengungkap  indahnya kebaikan dan membuatnya semakin rumit dan membuang energi dengan kekuatan ego kita untuk bersitegang dan berselisih paham hanya karena perbedaan muatan komposisi bahan.

Apapun yang terjadi dalam dinamika gaya rambut terutama pomade di Indonesia, bahwa mau tidak mau kebhinnekaan tersebut sudah semestinya diterima dengan lapang dada, dengan segala kebaikan, keburukan, kekurangan, kelebihan yang ada. Siapa yang sempurna?

Bahan, umumnya bahan pomade selalu berkecimpung pada lingkup bahan yang sama dalam pembuatan sebuah pomade. Tidak lebih dari padatan (solid) berupa wax dengan segala jenisnya, setengah padatan (semisolid) layaknya butter, serat dan cairan (liquid) berupa oil, air dan lainnya. Tidak terlalu susah membuatnya, yang membedakan adalah proses (toleransi dan koreksi waktu) formulasi dalam mengemas beraneka bahan menjadi sebuah pomade yang khas ala si pembuatnya entah  mengusung  konsep marketing dengan polesan aroma, warna, kemasan, label, genre/tema/komunitas, kasta, harga, tekstur dan hasil akhir aplikasi sehingga tercipta sesuatu yang khas tentu akan kembali pada si pembuatnya. Dan bermuara lagi pada hasil aplikasi bukan? dengan segala gaya rambut sesuai selera masing-masing tentunya.

Bukan berarti semuanya dijalani tanpa mengindahkan yang namanya etika, minimal sebagai wujud untuk menghargai diri sendiri dalam membuat sebuah hasil karya sehingga tercipta sinergi saling menghargai, mengapresiasi. Jika dari dalam saja kita tidak bisa menghargai diri kita sendiri, masihkah ada harapan sebuah penghargaan akan muncul dari orang lain ?

Setidaknya bisa menjawab sekian banyak pertanyaan/komentar yang termoderasi karena dirasa kurang pas untuk ditayangkan demi menjaga semuanya. Bahwa semuanya adalah hal yang baik wujud sebuah makna kebanggan dan benar dengan versi masing-masing dan pada kenyataan nya perbedaan itu indah jika kita bisa memaknainya dengan sudut pandang kebaikan yang berbeda. Salam klimis.

lalijungkatan-blogfooter