Pomade Non Petrol (Tematic Pomade Review)

materi-instablog

Tema Review pertama yang tersaji kali ini akan mengulas mengenai Pomade Non Petrol persembahan  Mas Eddo, sekedar memaparkan ulang untuk sedikit menambah wacana bagi pembaca sekalian/
.
Pomade yang akan saya review kali ini sudah memiliki reputasi yang cukup baik dan nama yang cukup terkenal di skena pomade enthusiast internasional. Yak.. industri rumahan yang awalnya berbasis di Houston, Texas U.S.A ini adalah salah satu penghasil pomade vegan non-petrol yang karyanya cukup diminati di skena luar negri dan seringkali dianggap overrated oleh user dalam negri. O’Douds Pomade,

odouds

Salah satu pomade yang seringkali diperbincangkan oleh beberapa user yang penasaran akan performanya. Dipicu oleh review seorang youtuber tentang performanya yang sangat baik, maka mitos-mitos pun berkembang di masyarakat. Mulai dari adanya tema vegan (bahan hewani, dalam kasus ini bebas beeswax dan lanolin), performa holdnya yang bisa dibilang keras layaknya pomade petrol (umumnya pomade non-petrol dan vegan jarang yang ada melewati batas hold medium), shine yang cukup terlihat, dan juga scent atau aroma yang unik dan mewah. Mitos2 ini kemudian membuat para user lokal mulai penasaran dan berburu pomade ini. padahal jika di tilik dari segi harga, pomade ini tergolong cukup mahal. Sekitar 200 ribuan keatas.

Lalu setelah itu muncullah beberapa review lain dari beberapa reviewer lokal yang kemudian menemukan banyak sekali kekurangan dari pomade ini. Salah satunya, tekstur colekan yang terlalu berat dan keras, tipikal karakternya sangat waxy, susah diratakan di tangan, namun berat di rambut. Jadi susah untuk menyisir jambul, selain itu endurancenya sangat minim. Baru 2 jam an udah ngedown holdnya.. dan yang terakhir.. sebagian user juga berpendapat aromanya aroma jamu. tentu jika menilik berbagai kekurangan ini wajar adanya jika pomade ini disebut overrated. Maka disitulah letak tantangannya. Untuk inilah saya justru penasaran dengan pomade ini. Dan saat ada kesempatan dan juga rejeki, saya dapat meminang sebiji varian heavy nya untuk saya review sekalian mempelajari celahnya. Alasan saya memilih O’Douds dibanding pomade sejenis yang lain.. adalah, karena saya sudah dengar berbagai mitosnya. Dan juga kebetulan saya dapatkan juga barangnya disaat yang tepat.

Sesungguhnya ada banyak sekali merk2 laen seperti Flagship, Doc Elliot, Ominous Co., Nostalgic Handmade, Jusincredible, dsb… masih banyak yang lain, namun karena keterbatasan dana saya (notabene pomade2 semacam ini jelas berharga 200k+ di pasaran) maka saya cuma dapet O’Doudsnya saja. Toh juga selain itu mitos besarnya masih di O’douds kan…? Oke lanjut…
.
Langsung saja… pomade ini saya dapatkan dari hasil barter dengan seorang sultan di PEJ… konon colekannya yang ga masuk akal membuatnya malas untuk memakainya.. jadi, layaknya pucuk di cinta ulam pun tiba.. saya pinang saja sekalian. Saya membuat review ini tidak seperti biasanya pada pagi atau siang hari, namun saya memakai produk ini pada malam hari.
.
-First Impression
Kesan pertama yang saya tangkap dari desainnya adalah elegan. Jar kaca gelap berbalut stiker hitam dengan permukaan doff dan dengan font yang khas gaya obat taun 30’an (liat di google) berwarna putih berlist coklat keemasan). Informasi yang saya tangkap cukup jelas dan runtut. Hal ini mencitrakan bahwa produk ini ga macem2 dan sepertinya dikhususkan untuk user yang lebih dewasa.
.
-aplikasi
Ketika saya buka tutup jarnya, saya melihat pomade dengan warna kuning gading khas beeswax natural (padahal ga ada kandungan beeswax di ingredients listnya) dengan aroma yang dilabeli “forest”. saya mencium aroma seperti rempah yang cukup kuat, namun ada aroma segar yang sedikit asam mirip bergamot. Jika saya mengimajinasikannya, aromanya mirip minyak2 khas bayi (telon ato kayuputih) yang dicampur bergamot dan ada nuansa pinus, eucalyptus, bayrum dan tetap ada gurih2 khas vanilla namun tipis bgt (di hidung saya)….entahlah…yang jelas saat pertama menghirupnya… saya merasa amat bahagia hingga terus2an menghirupnya.. Sebelum saya colek, saya sempat mengintip sedikit keterangan bahan bakunya. Disitu tertera bahwa produk ini terbuat dari hydrogenated castor oil, soy wax, candelilla wax, jojoba oil, dan essential oil. (No beeswax, because Its a damn vegan pomade, its kind of funny for a meatlover person like me, using a vegetarian pomade…hahah…). Tapi yasudahlah… yang jelas kan tujuan saya menguak tabir mitos performanya… bukan mendukung konsep vegetariannya… wkwk.. lanjut…
.
-performa

~Hari Pertama~

odouds1
seperti biasa.. sebelum test performa pada pomade baru, saya biasakan untuk menset rambut dalam keadaan full degrease, kali ini rambut saya kering total, namun saya basahi sedikit agar tidak terlalu kering dan menjambak. Mengingat ini adalah pomade heavy yang saya belum tau seberapa kuat holdnya oke, the moment of truth… saat pencolekan.. terasa… keras… lumayan keras hingga hanya sedikit sekali substansi yang terangkat. Karena saya masih dalam tahap percobaan. Saya hanya menggunakan colekan kecil (seukuran 1/2 colekan normal saya). Tekstur substansi yang saya dapatkan.. super waxy, bahkan mirip playdoh… ga ada minyak2, kering, tapi lebih empuk dan tidak terlalu kenyal. Bahkan sempat saya mainkan jadi bola2 kecil.. kemudian saya ratakan.. kebetulan saya cukup terbiasa untuk meratakan pomade2 super waxy. Jadinya proses perataan yang berat tidak terlalu mengejutkan dan juga flaking2 granula yang biasanya banyak terlihat di pomade waxy semacam ini tidak nampak disini. Saat diratakan, karakternya berubah drastis.. jadi berminyak banget dan bahkan cenderung lengket. biasanya, ketika pomade sudah diratakan dan menjadi minyak, tekstur di tangan menjadi licin. Namun tidak dengan O’douds heavy ini. Sangat lengket.. dan aroma herbal unik tadi langsung menyeruak. Semakin enak dan saya suka (memang selera saya aroma2 tua seperti ini)… kemudian saat diaplikasikan ke rambut, lumayan mudah, cepat merata. Diluar dugaan secolek kecil saya tadi bisa teraplikasi merata hampir di seluruh bagian depan rambut saya. Jadi kemudian saya tambah lagi 2 colek, untuk bagian samping dan belakang rambut saya agar merata seluruhnya. Saat penyisiran, kembali diluar dugaan. Lancar. Saya akui saya selalu menggunakan teknik menyisir pelan untuk aplikasi pomade heavy, agar tidak banyak rambut terjambak dan rontok. Terbukti teknik ini berhasil, hanya 1 atau 2 helai saja yang rontok. Itupun karena rambut saya yang sudah rusak, dan itu terjadi saat saya mulai membuat jambul menggunakan sisir medium tooth. Inilah yang sering terjadi saat saya memakai pomade non-petrol, ketika perataan ditangan suhu pomade non-petrol cenderung lebih tinggi daripada pomade petrol based biasa, dan juga ketika diaplikasikan ke rambut, rasa hangat akibat perataan itu tetap ada hingga beberapa menit. Hasilnya, rambut saya justru cenderung tidak rapih. Banyak split, dan bahkan terasa seperti memuai dan meliuk2. Padahal saat ditata, posisi bentuk besar dari pomp saya cenderung rapih dan halus. Namun susah untuk membuat rambut menjadi rapat dan rapih. Saya kira, apakah ini yang disebut kelemahannya.. namun saya belum yakin. Seperti biasa, mengetest performa heavy hold, buat saya tak cukup hanya medium atau low pomp biasa. Maka saya putuskan untuk membuat regular pomp saya yang cukup tinggi. Namun ya itulah.. susahnya setengah mati. Rambut terus2an melawan dan sulit untuk dijinakkan. Karakter lengket yang tadi muncul saat perataan, berganti menjadi sangat berat, licin, dan membuat rambut susah menempel ke rambut lain sehingga susah untuk dirapihkan. 10 menit berlalu, akhirnya saya pasrah. Dan kemudian menunggu beberapa lama. Saya kira butuh waktu agar substansi pomade nya bisa settled di rambut saya. Kemudian saya lakukan wet combing, setelah saya basahi sedikit sisir dan tangan saya lalu saya usapkan di rambut dan mulai menata kembali, holdnya mulai terasa, dan tingkat kelicinan yang tadi sedikit berkurang. Sedikit puas, saya kembali menata rambut saya dan akhirnya dalam waktu 7 menit saya bisa membentuk pomp yang lumayan rapih untuk pomade non-petrol (performa yang saya dapatkan Heavy Hold & Medium Shine di rambut saya. Setingkat murrays superior). Dan saya kembali beraktifitas malam itu. Malam itu saya berada di ruangan ber-AC, dan tidak banyak mengeluarkan keringat. Maka tatanan rambut saya tidak banyak berubah. Sekitar 3 jam kemudian, pukul 22.00wib saya memutuskan untuk pulang, maka pomp saya robohkan ke bentuk sidepart biasa karena saya akan pake helm. Perjalanan sekitar 1 jam lebih dan sampe dirumah saya sekitar pukul 23.30. Karena sebelumnya saya ada janji untuk ketemu dengan beberapa kolega, saya putuskan untuk mandi. Sekalian test performa buildupnya. Setelah mandi dan keramas kecil, saya temukan hasil buildupnya cukup tebal. Sekitar 60-70% dari pemakaian awal.

odouds2

Hal ini cukup mengejutkan, karena dari pengalaman beberapa teman dan saya sendiri, pomade non-petrol biasanya meninggalkan buildup lumayan minim. Apalagi untuk pomade heavy hold. Dan layaknya test performa buildup pada umumnya saya tidak menambahkan produk lagi dan langsung restyling. Hasil yang didapat dari buildup justru lebih bagus dari sebelumnya. Lebih slick, kering, ringan, dan lengket. Hasil buildup ini holdnya tidak mengalami penurunan drastis dari pas aplikasinya. Bahkan saya bilang hampir tidak menurun. Hanya terasa kandungan minyak berlebih yang diawal aplikasi nampak skrg jadi menurun drastis. Jadi shine pun lumayan turun jadi low shine. Dari segi aroma, ini yang unik. Kali ini saya mencium hint sandalwood yang cukup kuat dan ada hint akar wangi. Mirip akar yang biasa dijadikan gelang dukun. Satu kata yang terlintas dibenak saya. Eksotis…. this man got serious taste about scent… benar2 manly dan dewasa. Juga ada hint yang aneh menurut saya. Saya mencium hint vanilla lembut yang agak gurih… mirip dengan aroma PND lardage saya. Namun masih tercover dengan kayu2annya. Kemudian saya kembali beraktifitas, hingga pagi. Saat pagi, kondisi rambut tidak banyak berubah. Dan akhirnya saya tidur.
.
~Hari kedua~

odouds3
Hari kedua dimulai pukul 10.00wib. Setelah mandi saya kembali memakai produk ini untuk test hari kedua. Kali ini saya memakai secolek besar. Dengan teknik colekan yang sudah disempurnakan (menggunakan colekan terbalik dengan kuku yang di dorong maju). Pada pemakaian kedua ini rambut saya dalam keadaan basah layaknya memakai pomade light. Alasan saya agar suhu tetap rendah sehingga proses combing menjadi lebih mudah karena rambut ga memuai, selain itu saya nyalakan kipas angin (nduwene iki) dalam kecepatan tinggi agar menjaga suhu kepala saya tetap dingin dan ga keringetan. Ternyata trik ini berhasil. Saya mendapatkan hasil sisiran yang lebih rapat dari sebelumnya dan regular pomp pun berhasil dibuat dengan waktu yang lebih cepat (+- 2 menit). Performa hari ini sedikit diatas performa kemarin karena mungkin sudah ada akumulasi buildup sebelumnya (heavy hold n medium shine). Scent yang muncul juga kembali menjadi herbal seperti pemakaian awal. Anehnya, scent gurih vanilla itu tidak hilang namun malah terlihat. Setelah itu saya diamkan agar substansinya menyatu sempurna dengan rambut saya sebelum akhirnya saya beraktifitas kembali. Hari kedua ini cukup berat dan menantang untuk pomade ini. Saya mulai berkendara pada pukul 13.00 dan saat itu jogja lagi panas2nya. Terpapar sinar matahari, tertindih helm, dan juga berangin2, bentuk pomp saya mulai ga karuan. Maka saya putuskan untuk restyle menggunakan teknik wet combing. Hasil yang didapat lumayan… susah.. hampir seperti pemakaian pertama.. rambut jadi berat dan susah diatur.. butuh waktu agak lama untuk membentuk pomp yang tidak rapih juga.. akhirnya saya pasrah dan kembali merubah ke bentuk sidepart biasa yang sejujurnya ga rapih juga. Pada pukul 19.00 saya sampe rumah dan kemudian mandi. Sekalian test buildup hari kedua, setelah mandi saya coba recomb kembali.

odouds4

Sungguh scent pomade ini istimewa. Hari kedua setelah mandi sore saya dapatkan aroma yang hangat mirip cengkeh atau eucalyptus… dan juga akar wangi yang kemarin muncul. Kali ini hint gurih itu tetap terlihat. Saya sedikit penasaran. Jika dilihat dari bahan bakunya.. ini tidak mengandung lanolin. Namun aroma gurih amis ini sering saya cium di pomade yang mengandung lanolin. Entahlah..apakah ada bahan lain yang aromanya mirip…? ataukah memang ada aroma yang disengaja seperti ini..? saya kurang tau pasti… hasil sisiran buildup hari kedua jadi semakin rapih.. dan bahkan pomp bisa semakin bulat. Malam itu saya habiskan waktu untuk berlatih dan hingga dini hari saya ga recomb lagi karena ternyata holdnya cukup kuat untuk menahan pomp saya.
.
~Hari ketiga~

odouds5
Hari ketiga dimulai pukul 11.00wib. Setelah mandi, saya mulai aplikasi kambali. Trik kondisi rambut dan kamar yang masih sama dengan sebelumnya, juga secolek besar dan setengah colek kecil tambahan pomade. Aplikasi hari ketiga ini benar2 memuaskan. Membuat full round pomp benar2 sangat mudah dan cepat. Hanya sekitar 1 menit saya bisa membuat pomp yg maksimal menurut saya. Segala karakter pomade non-petrol yang memuakkan di hari pertama hilang seketika. Layaknya memakai pomade petrol umumnya, rambut saya bisa nurut bgt. Performa yang saya dapatkan juga lumayan menarik. Nyaris menjadi extra heavy hold dan medium shine (sedikit dibawah murrays extra heavy dirambut saya). dengan slickness yang asik dan aroma herbal yang semakin kuat. Setelah settled beberapa lama saya kemudian mulai beraktifitas. Mungkin sudah takdirnya… U’Douds heavy ini mendapat tantangan performa yang cukup lengkap. Hari ketiga ini jogja hujan.. dan yah.. saya kehujanan. Padahak kegiatan saya banyak outdoor kali ini. Beberapa kali recomb dan hasilnya cukup mengejutkan. Holdnya stabil broohh.!! Tak banyak rusak berarti dan sisiran terasa lancar. Sampe dirumah pukul 18.00wib, saya memutuskan untuk mandi. Kali ini saya sedikit usil, bagaimana kalo saat keramas intensitas shampoo saya tambah sedikit. Dan ternyata hasilnya lumayan banyak residu yang terbuang. Hasil buildup hari ketiga ini lumayan minim..sekitar 40% saja dan wangi khas gurih itu muncul lebih dominan dibanding wangi herbalnya. Namun kali ini notes bergamot lebih terasa. Setelah keramas dan mengeringkan rambut, saya coba restyle kembali. Dilur dugaan dengan hold yang mengarah ke medium, rambut saya tetap manut dan ringan. Bahkan lebih lembut dari sebelumnya. Namun kelengketan dan slicknessnya sedikit berkurang. Hasilnya performa firm hold dan low shine berhasil saya dapatkan. Sesuai dugaan, setelah settled, pomade ini mampu mengunci rambut dalam posisinya dengan cukup baik. Terbukti tidak ada perubahan shape yang berarti.

Hingga pada pukul 00.00 saya keramas lagi dengan tujuan full degrease. Untuk degrease sendiri tidak terlalu sulit. Saya cukup memakai shampoo keratin biasa dengan intensitas rada banyak, kemudian saya diamkan sekitar 1-2 menit. Kemudian saya bilas, dan saya pake kondisioner juga yang mengandung keratin dengan intensitas rada banyak juga. Saya diamkan lagi sekitar 1-2 menit dan saya bilas. Luruh semuanya substansi pomade yang menempel di rambut saya. After effect yang dihasilkan juga lumayan asik. Rambut jadi lembut layaknya habis maskeran ato krimbat… namun entahlah.. bisa jadi itu juga efek kondisioner saya. Yang unik tetaplah scentnya. Scent bergamot seperti tetap tertinggal meski pomade sudah hilang seluruhnya dari rambut saya..

odouds6
.
-Konklusi

Awalnya saya sedikit setuju dengan mitos yang berkembang tentang pomade ini. Bisa juga saya bilang cenderung overrated. Namun. Setelah saya coba sendiri selama beberapa hari, saya terpaksa harus menarik kembali ucapan saya. Menurut saya pomade ini termasuk dalam karakter “late bloomer” alias yang kerennya belakangan. Butuh trik khusus, Ndak instan, ndak user friendly, dan ndak ramah dikantong. Namun jika dipelajari mendalam dan disikapi dengan benar. Pomade ini bisa jadi pomade harian yang baik dengan performa yang cukup stabil dan bagus. Selain itu scentnya termasuk yang berkelas. Entah darimana istilah scent jamu ini muncul. Mungkin karena notes eucalyptusnya yang mengingatkan akan jamu2 model tolak angin dan semacamnya. Namun menurut saya cukup jauh… dari segi pemakaian sendiri pomade ini sebetulnya ngirit karena bersifat konsentrat (less for more), Jadi ga perlu colek banyak2.

Jika saya boleh kasi rating sebagai berikut..

Packaging 3/5 (berkelas, namun sejujurnya saya kurang suka jar karena rawan pecah dan saya orangnya ceroboh *subjektif*)
Artwork 4/5 (elegan, simpel, klasik. Namun tulisannya kecil2 banget dan susah terbaca informasinya)
Aplikasi 3/5 (colekan keras, diratakan berat, namun setelah rata justru mudah diaplikasi di rambut dan cepat merata)
Hold 4,5/5 (awal sekelas murrays superior, cukup stabil di buildup, dan ketika pemakaian selanjutnya hold makin keras)
Shine 3/5 (cenderung stabil di medium shine saat aplikasi, dan low to medium shine di posisi buildup)
Scent 5/5 (sangat berkelas *subjektif*… klasik, manly, dan mutasi aromanya bener2 progresif kek parfum mahal)
Endurance 4/5 (dengan teknik aplikasi dan restyle yang tepat, endurance pomade ini sangat bagus untuk ukuran pomade vegan non petrol)
Buildup quality 5/5 (tebal, kering, ringan, licin, dengan ekstra taste lembut kek abis krimbat)

Afterall saya bisa bilang pomade ini sangat mumpuni untuk dipakai harian. Namun memang secara harga ini bukan pomade murah. Jika dilihat konsepnya pun sejak awal ini cenderung menyasar pasar menengah keatas ($17.00 harga di onlineshop luar negri dan exclude ongkir ke indo), dan saya termasuk yang bejo karena dapet barter…heheh.. Namun dibalik semua itu kembali lagi saya mengutip sebuah quotes dari seseorang.. “wani trendi, wani perih..” dan pomade ini seakan mempertegas saya tentang ungkapan itu. At least, for a vegan non-petrol heavy hold pomade, its more than you can imagine. Rekomended bagi kaum hipster yang suka performa heavy dan scent yang cukup unik…
.
Semoga bermanfaat

…bersambung…

sumber : Pomade Enthusiast Jogjakarta

pej

lalijungkatan-blogfooter

Tematic Pomade Review

materi-instablog

TEMATIC REVIEW

Tematic review yang akan terpapar ke depan adalah sebuah wacana, pendapat yang diusung dari sudut pandang ‘user’ pengguna dengan bertema rangkaian ragam ‘brand’ pomade yang masih memiliki keselarasan citara yang sama. Seperti lingkup tema natural, petrol, organik, vegan, water based atau apapun penyebutannya dalam dinamika trend produk perawatan dan gaya rambut saat ini.

Bersinergi dengan sahabat pomade enthusiast untuk memapar ulang sekelumit pengalaman demi pengalaman dalam perjalanannya satu per satu dalam menikmati ragam pomade yang bertebaran di Indonesia, baik import, lokal, pabrikan maupun ‘home made’.

Hadir karena terlalu sering dalam kami bertatap muka, berbagi informasi dan tanpa lupa canda tawa layaknya bersosial dunia nyata, akhirnya mengerucut menjadi sebuah obrolan-obrolan yang sedikit bangkit membawa muatan edukasi dan pemahaman, pelan namun pasti mencoba menggali sebuah cerita ‘experience based’ dan menuangkannya dalam kajian sederhana dengan harapan semoga menambah katalog review yang telah terdokumentasi selama ini menjadi lebih beragam.

Sadar betul bahwa perbedaan akan nampak lebih indah jika kita bisa menyikapi dengan cara pandang yang lebih arif, bekerjasama dengan rekan-rekan penggemar dan pecinta pomade dari Jogjakarta khususnya (karena kebetulan porsi kami dalam berdinamika dan bertatap muka lebih dominan terjadi di kota Jogjakarta, tanpa menutup diri untuk selalu terbuka berbagi dengan semua sahabat dimanapun berada).

Sebagai permulaan untuk review tematik pertama berupa tematik review pomade Natural, yang akan dipersembahkan oleh

eddoz

Eddo 

Mengingat maraknya pertanyaan2 sehubungan dengan pomade apa yang cocok untuk rambut kita, lalu gimana cara menyikapi karakter pomade a b c dan juga cara mensiasati aplikasi pomade a b c untuk rambut kita…. saya berinisiatif untuk membuat serangkaian review yang bersifat kontinyu dengan mengambil tema tertentu dan memakai beberapa pomade yang berbeda brand namun masih sama konsepnya… dengan harapan agar komparasi karakter tiap produk bisa terbaca jelas dan juga pembaca mampu bersikap lebih bijak dan cermat dalam menggunakan beberapa produk pomade ato hairstylist tertentu…
.
Tentunya review kali ini sifatnya masih semi-objektif dan lebih berpusat dalam kajian siasat penggunaannya…. jadi saya ga akan ngomong panjang lebar ttg substansinya sendiri.. namun lebih ke dampak pada rambut kita (hasil penyisiran).
.
Kali ini.. saya coba untuk posting serangkaian deep review tematik tentang beberapa pomade..
dan tema yg akan coba saya angkat untuk pertama kali adalah pomade Non-Petrol a.k.a Natural..
.
Istilah Natural pada pomade modern nampaknya sudah mengalami pergeseran makna. Pada masa sekarang.. makna natural sendiri sudah tidak mengacu lagi pada bahan dasar minyak2 tumbuhan yang sifatnya hanya melumasi dan hanya memberi kilau. Namun lebih ke arah tipikal minyak rambut padat yang bebas bahan kimia sintetis, maupun bahan turunan minyak bumi yang berbentuk petroleum jelly, microcrystalline wax, mineral oil, dsb.. padahal jika kita mencoba menarik kembali sejarah terbentuknya bahan itu. Petrol dkk pun masih bisa disebut natural karena bahan pembentuknya masih mengambil dari sumber daya alam yang ada (minyak bumi). Apalagi di jaman skrg, para user seringkali salah kaprah dan mudah terprovokasi dengan istilah natural.
Dalam prakteknya, beberapa produk yg di labeli Natural oleh produsennya memiliki beberapa ciri khas yang sama.. yaitu tidak menggunakan bahan2 turunan petrol dkk, dan juga mengandung lebih banyak bahan minyak esensial yang sifatnya lebih ke perawatan rambut.. oleh karena itu.. karena review ini sifatnya DIY (tanpa sponsor sementara ini) saya mencoba untuk mereview secara mendalam, beberapa koleksi pribadi saya yang dilabeli natural alias non-petrol tersebut. Review ini murni saya buat agar teman2 lebih terbuka wawasannya tentang penggunaan pomade non-petrol yang notabene memiliki karakter yang lebih tidak umum, dan juga bagaimana cara mensiasatinya agar hasil pemakaian tetap maksimal. Tanpa bermaksud untuk promosi.

Sumber (Original) : Eddo

Bersama dengan para sahabat pecinta/pengguna/pemerhati/penikmat pomade Jogjakarta

pej

Menyajikan serangkaian beberapa pomade natural hasil jerih payah koleksi pribadi beliau untuk dipapar ulang.

natural-pomade

Semoga membawa manfaat bahwa misi sederhana blog ini untuk menyajikan beberapa rangkai review semata untuk menambah wawasan dan pemahaman kita sebagai pengguna untuk sedikit lebih mengerti secara mendalam. Kurang dan lebihnya adalah ketidaksempurnaan kita semua dalam berupaya semaksimal mungkin teman-teman berusaha.

Salam Klimis.

lalijungkatan-blogfooter

Hayjen Pomade

materi-instablog

Pomade Jadul itu bermerk Hayjen

Dengan dimensi yang unik berbentuk balok 2.5 cm x 4.5 cm x 5.5 cm dengan balutan warna Merah yang dominan dan isinya masih saja citarasa khas tempo dulu berupa Brilliantine atau bisa disederhanakan ‘Light Pomade’ yang lebih fokus memberikan efek kilau dan mudah ditata bagi para penggunanya, ya..sesederhana itu.

hayjen-1

Entah beredar dan diproduksi pada era tahun berapa kehadiran produk satu ini sempat bertebaran di Indonesia, yang pasti para sesepuh pendahulu yang lebih awal menikmati dunia klimis di Indonesia layak untuk bangga  menggunakan produk satu ini sebagai pengguna bahkan pecinta pomade pada jamannya.

Mengenai aroma, karena sudah terlalu lama dan mulai bereaksi dengan kemasan yang masih berbahan keping kaleng logam dengan hadirnya korosi dan muncul bercak-bercak karat, tidakmemungkinkan lagi untuk memaparkan ulang aroma apa sebenarnya yang dikandung pomade ini.

hayjen-4

Tekstur dan rasa dalam pencolekan begitu lembut, lengket layaknya ‘Murrays’s Pomade’ jika boleh diambil contoh sebagai pembanding, sedikit di atas light pomade ‘Superlight’ dan lembut pada saat pencolekan ‘scooping’.

Processed with VSCO

Pada kemasan tertuliskan PRODUCT BY HAYJEN PERFUMERY dengan gambar sosok wanita yang sedang berpose,

hayjen-2

Dan pada sisi sebaliknya semacam gambar mercusuar yang dibalut dengan tulisan Huruf Mandarin

hayjen-5

Jamanpun berubah dan modernisasi semakin tak terbendung memacu untuk selalu memberikan inovasi,

logo-hayjen2

Hayjen, dalam situs resminya tetap saja hadir tanpa melupakan sisi keunikan yang cenderung klasik ‘vintage’ dalam beberapa produknya yang sampe detik ini masih bertebaran di pelosok negeri.

lusayu-hayjen

Seperti terlihat pada gambar di atas, minyak rambut dengan merk ‘Lus Ayu’ pun sampai detik ini masih saja konsisten hadir  khas dengan kemasan botol kaca nya yang unik, retro, vintage.

Memiliki penggemar tersendiri yang masih saja loyal dan bangga dengan produk dalam negeri  yang diimbangi dengan keberadaan produk yang tak lekang oleh jaman dengan harga yang terjangkau dan sanggup terbeli untuk semua lapisan masyarakat yang berhak untuk tampil dengan gaya rambut kekinian tanpa harus merogoh kocek dalam-dalam membuat produk seperti di atas tetap saja tangguh dan sanggup untuk mengimbangi dinamika perkembangan tren produk perawatan tubuh saat ini.

logo-hayjen

Salam klimis,

lalijungkatan-blogfooter