MINYAK RAMBUT LILAS

LILAS – MINJAK RAMBUT – POMADE. Begitulah kurang lebih penampakan dalam media promonya waktu itu, kapan ? hehe…Yang jelas produk yang satu ini juga turut andil meramaikan dunia minyak rambut pada jaman nya, bisa jadi sejaman dengan era Japarco, Rita, Fora, Santal dan sebagainya.

Wujud original produk Lilas yang satu ini (jika merunut sesuai pada paparan gambar iklan di atas) sepertinya sulit untuk dijumpai, kecuali wujud dinamisasi dari produk ini yang hingga detik ini masih saja beredar dan berproduksi di Indonesia.

Nah, yang masih tersisa dan kental terasa dari LILAS adalah tipe tulisan dan warna nya yang khas Merah (Jika mengamati logo nya berupa logo huruf ‘ L yang ada di dalam outline berbentuk segitiga dan semuanya berwarna Mera). Hanya saja seiring perkembangan jaman mengalami dinamisasi kemasan namun tidak meninggal kesan original klasik dari nya. Dengan menggunakan botol kaca warna Hijau dengan tinggi botol kira-kira 11.5 cm saja dan diameter botol tampungan3.3 cm dengan kapasitas isi 40 ml, dengan sumbat dalam botol berwarna putih di dalamnya dan ditutup putar dengan tutup plastik warna Kuning.

Dan yang lebih unik lagi, diperkuat dengan tanda embos tebal berbentuk Gajah pada ‘bottom’ dari botol kaca tersebut dan tercantum angka 10 di sampingnya (gambar bawah). Warna isi didalamnya kekuningan (CI47000) dan sedikit kental (mungkin karena ada tambahan ekstrak minyak kemirinya yang membuatnya sedikit kental), mengingat komposisi minyak rambut ini sederhana saja, yaitu : mineral oil, minyak kemiri dan aroma, itu saja (sederhana bukan). Dan bagi generasi yang pernah atau memang sering menggunakan minyak rambut ini, satu, aroma parfum wangi yang amat sangat khas (jadul, kuno,vintage).

Diproduksi oleh Perusahaan Kosmetik Lilas, bertempat di Jl. Industri X No.163, Semarang, Jawa Tengah. Terdapat kode Batch dan ‘ED’ atau ‘Expired Date’ pada tiap botol yang di produksinya. (Gambar bawah ED 15-1-2021), sebuah penegasan yang jelas sampai detil tanggal dan bulan tercantum kapan produk ini akan kadaluwarsa.

Klasik dan tradisional memanglah menempati posisi tersendiri di sela hingar-bingar nya tren millenial saat ini, karena kebhinnekaan selera yang luar biasa beragam di negara kita, faktanya dan bukan tanpa alasan yang jelas sebuah produk klasik seperti Minyak Rambut LILAS pun masih mampu mempertahankan eksistensinya bagi para penggunanya yang masih saja loyal dan menggemarinya.

Mungkin daya jangkau edarnya tidak semenggila trend pomade kekinian yang ada di mana-mana, namun jika ada itikad untuk mencari produk satu ini, terutama di kisaran Pulau Jawa, masih akan banyak dijumpai di transaksi jual beli konvensional mekanisme pasar tradisional, terutama di kota kelahirannya Semarang bukan?

Jika menilik dari segi fungsi, Hair Oil yang memang berwujud cair ‘liquid’, selain klaim membantu menyuburkan rambut karena kehadiran ekstrak Minyak Kemiri didalamnya, dari aplikasi akan lebih dominan hanya membuat rambut berkilau berimbas sedikit mudah di sisir/di tata dan tambahan ekstra aroma yang sedikit menyengat khas ‘Classic’ banget, dan cenderung aroma yang bertahan lama.

Namun, jika bagi sebagian orang sesederhana itu pun sudah cukup untuk mampu menata rambut, bukan menjadikan masalah bukan? Kembali ke selera masing-masing. Karena selera bukanlah sekedar ikut-ikut an sehingga melupakan siapa sebenarnya diri kita hanya karena terbawa arus trend.

Selamat berburu jika penasaran, selamat mencoba bereksperimentasi tenggelam dalam nostalgia, Minyak Rambut LILAS.

SEBUAH LEGENDA RAMBOET NETJIS

Pertama di 2019, dan sebelumnya mohon maaf kepada pembaca sekalian karena banyaknya komentar yang termoderasi dan belum bisa terjawab dengan baik, 1. Karena beberapa waktu terakhir ada kendala perpanjangan domain dari pihak wordpress yang menghendaki proses yang penulis sendiri harus memahaminya secara perlahan dan pada akhirnya di penghujung 2018 permasalahan tersebut baru bisa clear dan bisa untuk memulai menulis dan blogging kembali.

Sembari nanti mulai menjawab komentar-komentar yang termoderasi, ijinkan penulis untuk kembali bercerita sedikit mengenai nostalgia ‘Ramboet Netjis’. Bagi yang masih gemar membaca, selamat menikmati. Dan bagi yang kurang hobi membaca, lupakan dan tinggalkan saja…hehe.

Sebuah sejarah yang hilang ditelan jaman, hingga detik ini rangkaian cerita yang akan terpapar berikut selesai pun, belum pernah penulis melihat wujud tersisa yang asli dari produk yang satu ini. Sedikit berbeda dengan produk ‘Japarco’ nya (PT. SAMA ASRI LESTARI Surabaya) seperti pada posting sebelumnya dimana sampe hari ini kita masih bisa mendapatkannya walau sudah usang dan dengan sedikit ekstra usaha untuk mendapatkannya.

Versi Pertama

Ramboet Netjis adalah brand lokal yang kental dengan istilah perbendaharaan bahasa Indonesia, Netjis sendiri jika saat ini di artikan (necis/ne·cis/ /nécis/ a bersih dan rapi;  ) dan kemungkinan beredar pada rentang dekade ’30 – ’50 an, dan uniknya dari produk ini jika menyimak dengan seksama pada kemasan (walau sekedar cuilan gambar poster iklan dari produk rambut tersebut). Ramboet Netjis di manufaktur di Jepang oleh YAMAIHATSU BOEKIKAISHA LTD. dibawah naungan R. OGAWA & CO dan di distribusi oleh R. OGAWA & CO. MALANG JAVA (kemungkinan Malang Jawa Timur). Entah pada tahun berapa pastinya.

Merunut rekam jejak R. OGAWA & CO., adalah sebuah perusahaan yang berdiri pada tahun 1893 di Higashiku, Osaka, yang berfokus pada produk ‘flavour’ dan ‘fragrance’ (bedanya flavour ada rasa dan aroma, fragrance hanya aroma. Kurang lebihnya seperti itu). Kurang lebihnya Ramboet Netjis adalah produk import yang dikhususkan untuk pasar Indonesia (atau mungkin Melayu pada waktu itu).

Yang menjadi pertanyaan adalah, Produk apakah Ramboet Netjis ini ? Apakah produk shampoo, pelumas rambut/pomade ataukah pewarna rambut? Karena pada foto pertama di atas tidak terjabar dengan jelas mengenai deskripsinya.

Versi Kedua

Pada gambar poster di versi kedua ini, ada sedikit ‘clue’ atau petunjuk Bikin Ramboet Item, bisa berupa pewarna rambut dan bukan tidak mungkin adalah layak nya produk pelumas rambut atau minyak rambut jaman dulu yang handal dengan ‘jargon’ nya bikin rambut Hitam (semacam urang-aring dan sebangsanya seperti itu).

Versi ini di manufaktur oleh ISHI CHEMICAL FACTORY dan masih JAPAN juga A.K.A Jepang, Nippon, dan di pertegas di import oleh R. OGAWA & CO (mungkin sebagai pemegang merk) yang kali ini merujuk ke SEMARANG, Jawa Tengah. Mungkin saja jika produk ini beredar pada masa penjajahan Jepang di Indonesia di era 40 an, dan Jepang menempatkan beberapa titik perdagangan di kota-kota tertentu di Indonesia, mungkin terutama di Pulau Jawa untuk menyebarluaskannya. Atau memang hanya di 2 kota R. OGAWA & CO (gambar bawah) ada di Indonesia sebagai Firma.

Apakah Moestika ini ?
Sudah tidak menggunakan brand Ramboet Netjis lagi, RASIA semacam Minoxidil atau Wak Doyok dan sebangsanya sekarang.

Kembali ke bahasan ‘Ramboet Netjis’, dalam lingkup bahasan bab rambut (karena ada produk lain juga yang Rogawa hadirkan ke Indonesia tidak sekedar urusan rambut), akankah suatu saat nanti cuilan-cuilan cerita ini akan mengerucut menjadi sebuah kesimpulan , apakah titik cikal bakal produk rambut di Indonesia Rogawa ini menjadi salah satunya, yang diiringi dengan lahirnya Japarco, Rita, Hayjen, Tokyo Night, Lilas, Vycaris dan sebagainya, dan apakah hanya pewarna rambut dan penghitam rambut saja, adakah pelumas rambut juga yang sempat hadir waktu itu? ataukah Ramboet Netjis ini adalah pelumas rambut?

Semoga untuk saat ini cukup untuk untuk menyimpan cuplikan rentetan cerita ini, barangkali ada wacana baru yang lebih jelas untuk mengantarkan pada simpulan yang tajam dan jelas. Setidaknya jaman millenial saat ini tidak membuat kita lupa tentang sesuatu yang patut untuk dibanggakan dan pernah menghiasi Indonesia, bukan sekedar hype ‘merk’ yang justru membuat kita tidak kenal siapa jati diri kita sebenarnya, jati diri orang Indonesia yang sepatutnya bernyali bangga. Kurang lebihnya demikian.

Masa depan adalah misteri, dan kadang masa lalu pun demikian. Sedikit dan minimal menambah menambah wawasan, itu saja. Salam hormat, salam klimis dan terimakasih telah membaca walau seadanya dari @lalijungkatan, Jogjakarta, Indonesia.